- Budaya
Dan Kota Banjar Baru adalah salah
satu kota di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarbaru
dahulu merupakan sebuah kota administratif yang dimekarkan
dari Kabupaten Banjar.
Kota Banjarbaru berdiri pada tanggal 20 April1999 berdasarkan Undang- Undang Nomor 9 Tahun
1999. Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah 371,30 km² (37.130
ha. Seluruh wilayah Kota Banjarbaru terbagi atas 5 kecamatan dan12
kelurahan.Seni Tradisional
Kultur
budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan
sungai, rawa dan danau, disamping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang
menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan
mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan
memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang
disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba relegius. Disamping
itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang
sebagian besar masih tradisional.
Ikatan kekerabatanmulai longgar
dibanding dengan masa yang lalu, orientasi kehidupan kekerabatan lebih
mengarah kepada intelektual dan keagamaan. Emosi keagamaan masih jelas
nampak pada kehidupan seluruh suku bangsa yang berada di Kalimantan
Selatan.Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar nampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transport, Tari, Nyayian dsb.
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar seperti :
Teater Tradisi / Teater Rakyat
Antara lain Mamanda, Wayang Gung, Abdul Mulk Loba, Kuda Gepang, Cerita Damarwulan, Tantayungan, Wayang Kulit, Teater Tutur.
Seni Musik
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.
Sinoman Hadrah dan Rudat
Sinoman Hadrah dan Rudat bersumber daripada budaya yang dibawa oleh pedagang dan pendawah Islam dari Arab dan Parsi dan berkembang campur menjadi kebudayaan pada masyarakat pantai pesisir Kalimantan Selatan hingga Timur.
Puja dan puji untuk Tuhan serta Rasul Muhammad SAW mengisi syair dan pantun yang dilagukan bersahutan dalam qasidah yang merdu, dilindungi oleh payung (merupakan lambang keagungan dalam kehidupan tradisional di Indonesia) ubur-ubur, dalam gerakan yang dinamis.
Seni Tari
a. Tari Tradisi : Balian, Gantar, Bakanjar, Babangai
b. Tari Klasik : Baksa Kambang, Topeng, Radap Rahayu
c. Tari Rakyat : Japin Sisit, Tirik Lalan, Gambut, Kuda Gepang, Rudat dll
imagetarian surup dari Tanbu (MB)
Seni Sastra
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.
a. Syair : Hikayat, Sejarah, Keagamaan
b. Pantun : Biasa, Kilat, Bakait
Seni Rupa
Antara lain Ornamen, Topeng dan Patung.
Keterampilan
Maayam dinding palupuh, maulah atap, wantilan, maulah gula habang, maulah dodol kandangan, maulah apam barabai, maulah sasapu ijuk, manggangan, maulah wadai, maulah urung katupat, maaym janur banjar, dll(sumb: situs hers Site)
Suku Banjar mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai bidang seni budaya.
Seni Tari Seni Tari suku Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama Baksa yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni tari daerah Banjar yang terkenal misalnya :
Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
Tari Baksa Panah
Tari Baksa Dadap
Tari Baksa Lilin
Tari Baksa Tameng
Tari Radap Rahayu, dalam upacara perkimpoian
Tari Kuda Kepang
Tari Japin/Jepen
Tari Tirik
Tari Gandut
Tarian Banjar lainnya
Sasirangan, Kain Khas Etnis Banjar di Kalsel
Kain
sasirangan adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan
warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional menurut citarasa
budaya yang khas etnis Banjar di Kalsel.
Secara etimologis istilah Sasirangan
bukanlah kata benda sebagaimana yang dikesankan oleh pengertian di atas,
tapi adalah kata kerja. Sa artinya satu dan sirang artinya jelujur. Ini
berarti sasirangan artinya dibuat menjadi satu jelujur.
Kain sasirangan memang identik dengan kain yang diberi gambar dengan corak warna-warm berbentuk garis-garis jelujur yang memanjang dari bawah ke atas (vertikal). Sungguhpun demikian, istilah sasirangan sudah disepakati secara social budaya (arbitrer) kepada benda berbentuk kain (kata benda).
Pada mulanya kain sasirangan disebut kain langgundi, yakni kain tenun berwana kuning. Ketika Empu Jatmika berkuasa sebagai raja di Kerajaan Negara Dipa pada tahun 1355-1362. Kain langgundi merupakan kain yang digunakan secara luas sebagai bahan untuk membuat busana harian oleh segenap warga negara Kerajaan Negara Dipa.
Hikayat Banjar memaparkan secara tersirat bahwa di kawasan yang sekarang ini dikenal sebagai pusat kota Amuntai banyak berdiam para pengrajin kain langgundi. Keterampilan membuat kain langgundi ketika itu tidak hanya dikuasai oleh para wanita yang sudah tua saja, tetapi juga dikuasai oleh para wanita yang masih gadis belia. Paparan ini menyiratkan bahwa kain langgundi ketika itu memiliki pangsa pasar yang besar. Jika tidak, maka sudah barang tentu tidak bakal banyak warga negara Kerajaan Negara Dipa yang menekuninya sebagai pekerjaan utama.
Bukti bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para pembuat kain langgundi adalah paparan tentang keberhasilan Lambung Mangkurat memenuhi permintaan Putri Junjung Buih sebagai syarat kesediaannya untuk dijadikan raja putri di Kerajaan Negara Dipa.
Menurut Hikayat Banjar, Putri Junjung Buih ketika itu meminta Lambung Mangkurat membuatkan sebuah mahligai megah yang harus selesai dikerjakan dalam tempo satu hari oleh 40 orang tukang pria yang masih bujangan. Selain itu, Putri Junjung Buih juga meminta Lambung Mangkurat membuatkan sehelai kain langgundi yang selesai ditenun dan dihiasi dalam tempo satu hari oleh 40 orang wanita yang masih perawan.
Semua permintaan Putri Junjung Buih itu dapat clipenuhi dengan mudah oleh Lambung Mangkurat. Paparan ini menyiratkan bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para tukang pria yang masih bujang, dan para penenun wanita yang masih perawan. Jika tidak, maka sudah barang tentu Lambung Mangkurat tidak akan mampu memenuhi semua permintaan Putri Junjung Buih.
Pada hari yang telah disepakati, naiklah Putri Junjung Buih ke alam manusia meninggalkan tempat persemayamannya selama ini yang terletak di dasar Sungai Tabalong. Ketika itulah warga negara Kerajaan Negara Dipa melihat Putri Junjung Buih tampil dengan anggunnya. Pakaian kebesaran yang dikenakannya ketika itu tidak lain adalah kain langgundi warna kuning basil tenuman 40 orang penenun wanita yang masih perawan (Ras, 1968 : Baris 725-735, Hikajat Bandjar)
Kain sasirangan memang identik dengan kain yang diberi gambar dengan corak warna-warm berbentuk garis-garis jelujur yang memanjang dari bawah ke atas (vertikal). Sungguhpun demikian, istilah sasirangan sudah disepakati secara social budaya (arbitrer) kepada benda berbentuk kain (kata benda).
Pada mulanya kain sasirangan disebut kain langgundi, yakni kain tenun berwana kuning. Ketika Empu Jatmika berkuasa sebagai raja di Kerajaan Negara Dipa pada tahun 1355-1362. Kain langgundi merupakan kain yang digunakan secara luas sebagai bahan untuk membuat busana harian oleh segenap warga negara Kerajaan Negara Dipa.
Hikayat Banjar memaparkan secara tersirat bahwa di kawasan yang sekarang ini dikenal sebagai pusat kota Amuntai banyak berdiam para pengrajin kain langgundi. Keterampilan membuat kain langgundi ketika itu tidak hanya dikuasai oleh para wanita yang sudah tua saja, tetapi juga dikuasai oleh para wanita yang masih gadis belia. Paparan ini menyiratkan bahwa kain langgundi ketika itu memiliki pangsa pasar yang besar. Jika tidak, maka sudah barang tentu tidak bakal banyak warga negara Kerajaan Negara Dipa yang menekuninya sebagai pekerjaan utama.
Bukti bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para pembuat kain langgundi adalah paparan tentang keberhasilan Lambung Mangkurat memenuhi permintaan Putri Junjung Buih sebagai syarat kesediaannya untuk dijadikan raja putri di Kerajaan Negara Dipa.
Menurut Hikayat Banjar, Putri Junjung Buih ketika itu meminta Lambung Mangkurat membuatkan sebuah mahligai megah yang harus selesai dikerjakan dalam tempo satu hari oleh 40 orang tukang pria yang masih bujangan. Selain itu, Putri Junjung Buih juga meminta Lambung Mangkurat membuatkan sehelai kain langgundi yang selesai ditenun dan dihiasi dalam tempo satu hari oleh 40 orang wanita yang masih perawan.
Semua permintaan Putri Junjung Buih itu dapat clipenuhi dengan mudah oleh Lambung Mangkurat. Paparan ini menyiratkan bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para tukang pria yang masih bujang, dan para penenun wanita yang masih perawan. Jika tidak, maka sudah barang tentu Lambung Mangkurat tidak akan mampu memenuhi semua permintaan Putri Junjung Buih.
Pada hari yang telah disepakati, naiklah Putri Junjung Buih ke alam manusia meninggalkan tempat persemayamannya selama ini yang terletak di dasar Sungai Tabalong. Ketika itulah warga negara Kerajaan Negara Dipa melihat Putri Junjung Buih tampil dengan anggunnya. Pakaian kebesaran yang dikenakannya ketika itu tidak lain adalah kain langgundi warna kuning basil tenuman 40 orang penenun wanita yang masih perawan (Ras, 1968 : Baris 725-735, Hikajat Bandjar)
Busana Adat Pengantin Banjar,Kalimantan Selatan
Perkimpoian adat Banjar
dipengaruhi oleh unsur dalam agama Islam, dalam perkimpoian Banjar
nampak jelas begitu besar penghormatan terhadap posisi wanita. Hal itu
merupakan penerapan dari ajaran Islam yang mengemukakan ungkapan surga
itu dibawah telapak kaki ibu dan kalimat wanita itu adalah tiang
negara. Acara demi acara yang dilaksanakan semuanya berpusat di tempat
atau di rumah pihak calon mempelai wanita, pihak dari keluarga laki-laki
yang datang menghormati kepada keluarga mempelai wanita.Urutan proses yang umum terjadi di kalangan keluarga calon pengantin adalah:
1. Basusuluh (mencari informasi secara
diam-diam mengenai riwayat keluarga calon mempelai. Mencari informasi
ini bisa melalui berbagai macam cara dan dilakukan secara cerdik)
2. Batatakun (mencari informasi definitif, pencarian ini lebih terbuka melalui kedua pihak keluarga)
3. Badatang (meminang)
4. Maatar Patalian ( memberikan barang-barang antaran kepada pihak mempelai wanita, berupa barang kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan kamar tidur)
5. Nikah (ikatan resmi menurut agama)
6. Batatai (proses akhir dari perkimpoian Banjar, upacara bersanding/pesta perkimpoian)
Ditambah berbagai proses lainnya yang semuanya dilakukan di kediaman mempelai wanita. Karena perkimpoian merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup, maka keluarga kedua mempelai berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan kesan dan keistimewaan serta fasilitas kepada kedua mempelai, mereka dilayani bagai seorang raja dan ratu sehingga sering diberi julukan Raja Sahari (raja satu hari)
1. Busana Adat Pengantin Banjar Baamar Galung Pancaran Matahari
2. Batatakun (mencari informasi definitif, pencarian ini lebih terbuka melalui kedua pihak keluarga)
3. Badatang (meminang)
4. Maatar Patalian ( memberikan barang-barang antaran kepada pihak mempelai wanita, berupa barang kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan kamar tidur)
5. Nikah (ikatan resmi menurut agama)
6. Batatai (proses akhir dari perkimpoian Banjar, upacara bersanding/pesta perkimpoian)
Ditambah berbagai proses lainnya yang semuanya dilakukan di kediaman mempelai wanita. Karena perkimpoian merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup, maka keluarga kedua mempelai berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan kesan dan keistimewaan serta fasilitas kepada kedua mempelai, mereka dilayani bagai seorang raja dan ratu sehingga sering diberi julukan Raja Sahari (raja satu hari)
1. Busana Adat Pengantin Banjar Baamar Galung Pancaran Matahari
3. Busana Adat Pengantin Banjar Babajukun Galung Pacinan
Filosofi Rumah Adat Banjar
01-01-2014 02:29Jenis-jenis Rumah Adat Banjar:
1. Rumah Bubungan Tinggi
2. Rumah Gajah Baliku
3. Rumah Gajah Manyusu
4. Rumah Balai Laki
5. Rumah Balai Bini
6. Rumah Palimbangan
7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah
8. Rumah Anjung Surung (Rumah Cacak Burung)
9. Rumah Tadah Alas
10. Rumah Lanting
11. Rumah Joglo GudangSejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar
Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45ยบ. Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang.
Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 15961620.
Pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan Kaharingan pada suku Dayak bahwa alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos yang besar.Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah. Di rumah mereka hidup dalam keluarga besar, sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan Mahatala dan Jata (suami dan isteri).
rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia Bawah
Dwitunggal Semesta
Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara ghaib oleh para dewata seperti pada rumah Balai suku Dayak Bukit yang berfungsi sebagai rumah ritual. Pada masa Kerajaan Negara Dipa sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan Maharaja Suryanata dan Puteri Junjung Buih merupakan simbol perkimpoian (persatuan) alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu. Suryanata sebagai manifestasi dewa Matahari (Surya) dari unsur kepercayaan Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur (orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan, sedangkan Puteri Junjung Buih berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan tanah berfungsi sebagai Dewi Sri di Jawa. Pada masa tumbuhnya kerajaan Hindu, istana raja merupakan citra kekuasaan bahkan dianggap ungkapan berkat dewata sebagai pengejawantahan lambang Kosmos Makro ke dalam Kosmos Mikro. Puteri Junjung Buih sebagai perlambang “dunia Bawah” sedangkan Pangeran Suryanata perlambang “dunia atas”. Pada arsitektur Rumah Bubungan Tinggi pengaruh unsur-unsur tersebut masih dapat ditemukan. Bentuk ukiran naga yang tersamar/didestilir (bananagaan) melambangkan “alam bawah” sedangkan ukiran burung enggang melambangkan “alam atas”.
Pohon Hayat
Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah “pohon hayat” yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Ukiran tumbuh-tumbuhan yang subur pada Tawing Halat (Seketeng) merupakan perwujudan filosofi “pohon kehidupan” yang oleh orang Dayak disebut Batang Garing dalam kepercayaan Kaharingan yang pernah dahulu berkembang dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan pada periode sebelumnya.
Payung
Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas. Payung juga menjadi perlambang kebangsawanan yang biasa menggunakan “payung kuning” sebagai perangkat kerajaan. Payung kuning sebagai tanda-tanda kemartabatan kerajaan Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah.
Simetris
Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris, terlihat pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung Kiwa. Hal ini berkaitan dengan filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, yang membagi kementerian, menjadi Mantri Panganan (Kelompok Menteri Kanan) dan Mantri Pangiwa (Kelompok Menteri Kiri), masing-masing terdiri atas 4 menteri, Mantri Panganan bergelar ‘Patih’ dan Mantri Pangiwa bergelar ‘Sang’, tiap-tiang menteri memiliki pasukan masing-masing. Konsep simetris ini tercermin pada rumah bubungan tinggi.
Kuliner adalah hasil olahan yang
berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan (penganan),
dan minuman. Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri, maka
tak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda –
beda.
Kuliner merupakan sebuah gaya hidup
yang tidak dapat dipisahkan. Karena setiap orang memerlukan makanan yang
sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga
makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan
pengolahan yang serba enak.
9 Makanan Kuliner Khas dari Kota Banjarmasin
1. Soto Banjar
[lihat.co.id] – Soto,
bagaimanapun juga adalah menu yang paling umum ditemukan di seantero
Indonesia Raya, termasuk di Kalimantan Selatan. Soto Banjar namanya.Namun, berbeda dengan beberapa daerah di Indonesia, Soto Banjar tidak menggunakan nasi, melainkan menggunakan ketupat.
Salah Satu Keunikan Kuliner satu Ini adalah, kebiasaan menikmati Soto Banjar sembari diiringi dengan sate.
Secara umum, Soto Banjar ini ada dua macam, yang sederhananya bisa dibedakan dari tampilan kuahnya. Yakni Soto Banjar yang kuahnya “agak keruh” dan Soto Banjar yang nampak bening ning. Kalau yang keruh itu pakai tambahan susu atau creamer.
Secara umum, Soto Banjar ini ada dua macam, yang sederhananya bisa dibedakan dari tampilan kuahnya. Yakni Soto Banjar yang kuahnya “agak keruh” dan Soto Banjar yang nampak bening ning. Kalau yang keruh itu pakai tambahan susu atau creamer.
2.Ketupat Kandangan
[lihat.co.id] – Kuliner
satu ini agak unik gan karena bukan asli banjarmasin,kuliner ini
berasal dari kota Kandangan Kalimantan Selatan,tapi di Banjarmasin
sendiri terkenal sebagai makanan khas Ketupat kandangan terbuat dari
Beras yang dijadiin ketupat dengan cara dimasukkin kedalam anyaman daun
kelapa terus dikukus.Lauknya sendiri biasanya pake ikan gabus yang
dibakar atau telur rebus..Kuahnya pake kuah santan ,pake telor.
3. Bingka Barandam
[lihat.co.id] – Secara
Harfiah arti dari BINGKA BARANDAM adalah Bingka yang direndam.. Karena
penyajiannya direndam dalam air gula, Bingka Barandam adalah salah satu
jenis Kuliner Kalimantan Selatan, terbuat dari bahan utama tepung &
telur serta dinikmati dengan menggunakan air gula. Maka tentu saja akan
terasa manis. Biasanya banyak dijumpai di bulan puasa, Ini adalah jenis
makanan penutup/dessert.
4. Nasi Itik Gambut
[lihat.co.id] – Nasi
itik gambut dinamakan sesuai salah satu daerah di Bajnarmasin,Kuliner
ini memakai lauk itik/bebek,Biasanya pake masak habang/bumbu
bali,Rasanya gurih apalagi rasa khas dari daging itik itu sendiri.
5. Apam barabai
[lihat.co.id] – Apam
barabai adalah kue basah yang dibuat dari tepung beras, santan, gula
merah/putih, dan tape singkong. Makanan ini bentuknya bulat dan tipis,
berwarna merah kecoklatan atau putih. Teksturnya sangat lembut, sehingga
enak dilidah.Yang berwarna merah
kecoklatan, gula yang digunakan adalah gula merah, sehingga rasanya
sangat khas, gurih dan manis, aromanya pun memiliki aroma yang kuat dari
gula aren. Yang warna putih pun tak kalah enak, rasanya juga manis,
orang yang kurang suka aroma dan rasa gula merah bisa memilih apam yang
putih ini.
6. Iwak Karing Telang Masak Asam
[lihat.co.id] – Telang,
adalah nama ikan asin yang populer di Kalimantan Selatan. Pengolahan
yang paling sederhana adalah dengan cara di goreng. Paling pas (bagi
admin pribadi) adalah dicampur dengan sayur bening waktu makannya, siang
hari pula.Selain itu, yang juga
nikmatnya bukan buatan adalah Masak Asam Telang. Sebagaimana gambar di
atas. Cuma yang harus diperhatikan adalah tingkat keasinannya supaya
pas. Beberapa orang memiliki teknik berbeda dalam mengolah Masak Asam
Telang ini, tapi tetap saja, nikmat.
7. Gangan Asam Banjar
[lihat.co.id] – Sayur
berkuah asam alias gangan asam menjadi menu khas dalam khazanah kuliner
urang Banjar. Gangan ini biasanya disertai lauk berupa haruan (gabus)
atau patin. Di banua kita, sayur asam ini dikenal dengan sebutan gangan
asam.Kuah bersayur dengan warna
kuning dan rasa agak asam, sesuai namanya ini, banyak disukai masyarakat
Banjar dan warga pendatang. Paduan antara gurih, asam dan segar sangat
menggugah selera. Apalagi jika bersantap siang hari, sepiring nasi
diguyur dengan gangan asam, begitu sedap rasanya. Biasanya pula gangan
asam dicampur dengan sayur dan lauk berupa ikan haruan atau patin.
8. Kelelepon Martapura
[lihat.co.id] – Terkenal
dengan semboyan Pacah di ilat yang artinya pecah di lidah tanpa perlu
digigit Kelelepon adalah salah satu makanan khas Banjar, khususnya di
Kota Martapura Kab. Banjar kelelepon sudah menjadi ikon kota berjuluk
serambi mekah ini. Ada suatu tempat dimana kita dapat dengan mudah
mendapatkan kelelepon, sebut saja “Lampu merah Sekumpul” di sana akan
ditemui.
9. Manday
[lihat.co.id] – Sebagiannya
menyebutnya dengan nama jaruk mandai. Mandai berasal dari kulit nangka,
kulit Tiwadak (cempedak), kulit Tarap, ketiga buah ini membunyai bentuk
buah kulit yang sama. Nangka dan tiwadak yang kulitnya biasanya hanya
dibuang percuma setelah diambil bijinya untuk dimakan namun bagi urang
Banjar kulit-kulit ini diolah kembali dan dijadikan kuliner yang
menggiurkan.Kulit dari buah yang
sudah matang dibersihkan kulit dari luarnya, daging kulit berserta
daging yang menjuntai pengikat buah diambil, kemudian di taburi dengan
garam dan didiamkan beberapa hari sampai garam itu meresap, setelah itu
sudah siap untuk di buat bahan masakan. Biasanya kulit ini dapat tetap
disimpan selama beberapa bulan dalam cairan garam.
Namun khusus kulit cempedak yang hanya
dapat di dapatkan pada musim-musim tertentu bisa disimpan sampai satu
tahun lebih didalam botol cairan garam, karena semakin lama disimpan
akan semakin terasa enak ketika dibuat masakah. Selanjutnya adalah buah
tarap yang hanya bisa didapatkan pada musimnya saja, buah tarap mentah
harus direbus dulu, baru kemudian dibersihkan, sesudah itu baru digarami
seperti juga buah nangka dan cempedak.
Mandai biasanya tidak dijual
dipasaran, karena bisa dibuat sendiri dirumah, tapi khusus untuk mandai
dari kulit nangka muda ada pembuatan khusus dengan cuka yang hanya bisa
ditemukan di pasar-pasar traditional barabai, sayangnya mandai dari
kulit nangka muda ini hanya dapat bertahan satu minggu.
Panting – Musik Khas banjar
Dalam periode tersebut, musik Panting diiringi dengan istrumen lain seperti babun, gong, suling, dan rebab. Tapi setelah biola masuk ke Kerajaan Banjar, maka kedudukan rebab digantikan oleh biola.
Di masa awal dan tahap perkembangannya, Panting hanya memiliki tiga buah tali.atau senar. Dimana masing-masing senar punya fungsi tersendiri. Tali pertama disebut pangalik. Yaitu tali yang dibunyikan untuk penyisip nyanyian atau melodi.
Tali kedua, disebut panggundah atau pangguda yang digunakan sebagai penyusun lagu atau paningkah. Sedang tali ketiga disebut agur yang berfungsi sebagai bass.
Tali Panting pada masa lalu dibuat dari haduk hanau (ijuk), serat nenas, serat kulit kayu bikat, benang mesin, atau benang sinali.
Tapi sekarang, karena lebih mudah didapatkan, ditambah lagi dengan bunyinya yang jauh lebih merdu, benang nilon tampak lebih banyak digunakan. Atau, ada pula yang menggunakan tali kawat dengan empat bentangan pada badan Panting.
SEJARAH SINGKAT KESENIAN MUSIK PANTING MENURUT AW. SYARBAINI DI DESA BARIKIN KEC. HARUYAN KAB. HST
1. A.W. Syarbaini pada tahun 1969 mengenal dan mempelajari kesenian Musik Tradisional Bajapin
2. Pada tahun 1973 membentuk kasenian tradisional bajapin tersebut dengan alat yang sangat sederhana yang terdiri :
a. Panting
b. Babun
c. Gong
3. Setelah itu pada tahun 1976 musik bajapin ditampilkan dalam bentuk sajian musik, yakni musiknya saja tanpa mengiringi tarian japin dengan membawakan lagu-lagu melayu banjar pahuluan.
4. Pada tanggal 15 November 1977 khususnya di desa Barikin musik bajapin tersebut kembali ditampilkan dalam bentuk acara resipsi perkimpoian dan pada waktu itulah diberi nama Musik Panting, dalam acara tersebut telah hadir beberapa orang tokoh seniman Kalimantan Selatan yang ikut menyaksikan pagelaran musik panting tersebut, antara lain :
a.Yustan Azidin
b. Marsudi, BA
c. H. Anang Ardiansyah
d. Drs. H. Bahtiar Sanderta
Menurut Yustan Azidin karena kesenian ini alat utamanya adalah panting maka dari itulah musik tersebut alangkah baiknya diberi nama Musik Panting
Bentuk Panting dan Ukiran :
~*~ Ukiran kepala :
- Karuang Bulik
- Simbangan Laut
- Naga Salimburan
- Putri Bungsu
- Putri Kurung
- dll.
~*~ Bentuk Badan
- Mayang Bungkus
- Mayang Bunting
- Mayang Maurai
Karuang Bulik, Simbangan Laut dan Naga Salimburan yang terukir di ujung atau kepala Panting itu dibelainya. Perlahan. Itu dilakukannya sebelum mengangkat dan meletakkan alat musik tradional sebentuk gitar itu kepangkuannya. Sebelum dawai dipetik, tangan kanannya terlebih dahulu mengusap badan Panting yang berukirkan Mayang Bungkus, Mayang Bunting dan Mayang Maurai.
Dan, melantunlah dentingan irama Panting. Syahdu dan merdu. Terkadang lembut, terkadang rancak. Mempesona ditelinga hingga tak terasa kepala mengangguk dan badan ikut bergoyang mengikuti irama.
Sarbai atau Syarbaini, panggilan Abdul Wahab Syarbaini, dikenal sebagai seniman tradisional Banjar yang serba bisa. Uniknya, dengan kepandaian itu, ia memilih menghidupkan Desa Barikin, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tanah kelahirannya itu dijadikan kampung budaya Banjar.
Desa Barikin terletak sekitar 135 kilometer utara Kota Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan. Kampung itu sebelumnya dikenal sebagai tempat persinggahan para bangsawan Kerajaan Dipa pada abad ke-14. Kini Barikin menjadi kampung seniman tradisional Banjar.
Aspek budaya terasa kental di kampung Barikin lewat keberadaan sanggar seni tradisional Ading Bestari, yang dipimpin Sarbai. Di sini kesenian tradisional Banjar yang semakin jarang dimainkan dan hampir punah, seperti wayang kulit Banjar, wayang gung (gong) atau wayang orang, tari topeng, kuda gepang, seni tari dan musik bajapin, dan musik panting, dipertunjukkan.
Upaya pelestarian seni tradisional Banjar itu melibatkan nyaris semua warga kampung. Saya memegang pesan leluhur agar melestarikan kesenian yang hidup di kampung ini. Sebab, dengan kesenian itu, hubungan keluarga semakin erat, katanya.
Ading Bastari membawahi beberapa grup kesenian. Untuk warga yang menyukai wayang kulit, misalnya, tergabung dalam Panji Sukma. Mereka yang suka tari topeng di grup Panji Sumirang, anggota wayang gung di Antaboga, dan R Brantasena untuk pemain kuda gepang. Tiap grup beranggota 14-35 orang.
Syarbaini tak hanya memimpin sanggar, ia juga bermain dalam hampir semua grup tersebut. Pada wayang kulit, ia sebagai dalang, dan di wayang gung dia menjadi Hanoman.
Saya belajar semua seni itu sejak kelas empat SD, tahun 1967. Saya belajar dari para seniman di sini, termasuk Saya, orangtua saya, yang mahir memainkan gamelan banjar, katanya.
Kondisi kampung yang sarat kegiatan kesenian sejak lama itu membuat Desa Barikin menjadi salah satu rujukan bagi mereka yang ingin belajar kesenian tradisional. Orang pun bisa belajar dari satu jenis seni ke berbagai jenis seni lainnya.
Lagu Banjar
Lagu Banjar adalah lagu-lagu berbahasa Banjar. Menurut seniman/ pencipta lagu-lagu Banjar yaitu H. Anang Ardiansyah (67 tahun) dilihat daerah perkembangannya lagu-lagu (pantun) berirama khas Banjar di Kalimantan Selatan terbagi menjadi 3 yaitu pantun yang berkembang di tepian sungai, pantun yang berkembang di daratan dan pantun yang berkembang di pesisir pantai.
Jenis-jenis pantun (lagu) tersebut antara lain :
* Lagu (Pantun) Rantauan yaitu lagu-lagu yang berkembang di sepanjang tepian sungai khususnya di daerah Banjar Kuala. Ciri-ciri lagu ini beralun-alun dan bergelombang-gelombang seperti gelombang sungai dan seperti orang yang meratapi nasib. Perbedaan lagu Rantauan dengan lagu Pasisiran, misalnya pada lagu Rantauan mangancang meratapi nasib (melengking tinggi sambil meratapi nasib), sedangkan lagu Pasisiran mangancang tapi ba-arti (melengking tinggi memiliki tujuan tertentu)
* Lagu (Pantun) Pandahan yaitu lagu-lagu Japin yang berasal dari Hulu Sungai (Banjar Hulu) yaitu dari Kota Rantau sampai Tanjung. Lagu ini disebut juga Lagu Tirik, karena dinyanyikan ketika urang ma-irik banih (orang yang sedang memisahkan bulir-bulir padi dengan tangkainya dengan cara diinjak-injak ketika panen). Lagu ini dinyanyikan sambil baturai (bersahut-sahutan, berbalas), dimana kata akhir sebuah bait dipakai lagi menjadi awal bait yang selanjutnya, contohnya lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah.
* Lagu (Pantun) Pasisiran yaitu lagu yang berkembang di daerah pesisiran Kota Baru (Sigam), yang dinyanyikan melengking-lengking dengan nada tinggi (karena ada sedikit pengaruh Bugis). Contohnya, lagu Japin Sigam yang mengiringi tari Japin Sigam. Lagu yang bernuansa pasisiran lainnya yaitu lagu Intan Marikit ciptaan Agit Kursani.
Ketiga jenis tersebut di atas merupakan jenis lagu-lagu Musik Panting. Pada musik panting yang asli di daerah Banjar di pakai tiga jenis alat musik saja yaitu panting (gambus), babun (gendang) dan agung (gong). Di daerah rantauan yang berbau Arab-Indonesia ditambahan alat musik kaprak. Dan ada pula yang menambahkan tamborin. Lagu Pandahan di Hulu Sungai menggunakan babun (gendang) sebagai unsur yang dominan, juga terdapat rebab dan terbang. Penambahan babun yang bunyinya menghentak-hentak sangat sesuai karena sering dipakai sebagai pengiring ba-kuntau (silat). Sedangkan Lagu Pasisiran ditambahkan biola (pengaruh Arab), karena fungsinya sebagai pengiring tarian Japin (Zafin) dengan hentakan kaki yang khas (kapincalan). Dari sinilah adanya unsur biola pada musik panting.
Sebagai pungkala (patron) dalam mengambil penciptaan jenis lagu Banjar dari 3 macam irama (cengkok):
* Dundam yaitu lagu-lagu yang agak sedih, seperti orang manggarunum (bergumam) tetapi dinyanyikan, misalnya menyanyikan lagu ketika mengayun anak dalam ayunan (menidurkan). Jenis ini juga dipakai sebagai nyanyian yang bercerita sejarah seperti kisah Putri Junjung Buih yang menyayat hati. Contoh irama dundam adalah lagu Tatangis ciptaan Hamiedan AC.
* Madihin yaitu lagu-lagu pada kesenian madihin. Contoh lagu irama madihin adalah lagu Dayuhan wan Intingan ciptaan H. Anang Ardiansyah
* Lamut yaitu lagu-lagu pada kesenian ba-lamut.
Lagu Ampar-Ampar Pisang ciptaan Thamrin, tapi dirilis oleh Hamiedan AC dan lagu Paris Barantai ciptaan H. Anang Ardiansyah merupakan dua lagu yang menjadi kiblat dalam mencipta lagu daerah Banjar. Hal ini karena kedua lagu inilah yang pertama kali direkam dan dikenal banyak orang.
sumber : http://id.wikibooks.org/wiki/Lagu_Banjar
Beberapa Link lagu2 banjar yang bisa di download..
http://www.misshacker.com/music/lagu…ai_26beed.html http://beemp3.com/download.php?file=…Paris+barantai http://www.index-of-mp3.com/get-down…ng_goyang.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…Martapura.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…an_Kuning.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…ng_Sayang.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…_Badatang.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…asampaian.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…Hilangnya.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…Gingsi__1.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…Japang__1.html http://www.indowebster.com/AHamid_Ja…_Partugal.html http://www.indowebster.com/AHamid_Ka…la_Pusing.html http://www.indowebster.com/AHamid_Marotet.html http://www.indowebster.com/Topi_Miri…l_version.html http://www.indowebster.com/Bagagawilan.html http://www.indowebster.com/Manuntun_Wayang.html http://www.indowebster.com/Ading_Manis.html http://www.indowebster.com/Arif_Maul…ua_Banjar.html http://www.indowebster.com/AHamid_Siti_Ropeah.html http://www.indowebster.com/AHamid_Si…peah_Klip.html http://www.indowebster.com/Khaidir_A…at_Japang.html http://www.indowebster.com/Khaidir_Ali_Gingsi.html http://www.indowebster.com/John_Tral…sah_Palui.html http://www.indowebster.com/Mamadihinan.html http://www.indowebster.com/Orkes_Rin…bangan__1.html http://www.indowebster.com/Syamsudin…Tambangan.html http://www.indowebster.com/Mila_Karm…mpat_Lima.html
Festival Pasar Terapung
Festival
Budaya Pasar Terapung 2010..25 s/d 27 September 2010 Saatnya berkunjung
Ke Kalimantan Selatan 25-27 September 2010..Pameran Produk Budaya &
Kerajinan Daerah, Kompoeng Banjar, Kuliner Khas Kalsel, Atraksi
Budaya/Adat Banjar, Permainan Tradisional, Parade Budaya Daerah dan
Pagelaran Budaya Sungai..Kenali Budayamu Cintai Negerimu…Kami tunggu
kedatangan anda di Kalimantan Selatan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN –
Pesta budaya Banjar bakal kembali menyapa warga banua. Dalam gelaran
yang didukung sepenuhnya Banjarmasin Post Group itu, bakal menampilkan
beragam budaya banjar seperti festival pasar terapung.
Dalam rapat persiapan kegiatan yang digelar di ruang rapat Haram Manyarah kompleks pemprov Kalsel, Selasa (6/7/2010), dipimpin langsung Asisten bidang pembangunan, Fitri Rifani.
Hadir dalam rapat tersebut, antara lain pemimpin umum BPost Group HG Rusdi Effendi AR, Kadiparsenibud Kalsel Bihman Mulyansyah, Kadisparsenibud kota Banjarmasin Hesly Junianto, perwakilan perbankan, Asita maupun para pelaku bisnis perhotelan.
Selain festival pasar terapung yang menjadi andalan utama, kegiatan yang bakal digelar 25 September di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman itu juga bakal dimeriahkan dengan kampung banjar serta sejumlah kegiatan dan permainan khas banua seperti bagasing.
“Semoga kegiatan tersebut akan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik untuk berbondong-bondong ke Kalsel,” kata Fitri Rifani.
Bagi dia, kegiatan yang sudah digelar sebelumnya termasuk yang diprakarsai BPost Group seperti festival perahu hias juga menjadi bagian dan penunjang kegiatan tersebut.
Kemudian, aneka makan dan wadai (kue has banjar) juga bakal menghiasi kampung banjar tersebut. Termasuk aneka kesenian seperti musik panting, mamanda juga bakal menghibur para warga.
Hal senada dikatakan HG Rusdi Effendi AR. Festival budaya tersebut harus benar-benar digarap secara serius, dengan harapan bisa mengangkat kesenian khas banua ini ke kancah nasional maupun luar negeri.
“Untuk bisa mewujudkan hal itu kuncinya harus serius biar kegiatannya sukses. Kalau hanya sekedar menggelar, lebih baik tidak dilaksanakan saja,” tegasnya.
Dalam rapat persiapan kegiatan yang digelar di ruang rapat Haram Manyarah kompleks pemprov Kalsel, Selasa (6/7/2010), dipimpin langsung Asisten bidang pembangunan, Fitri Rifani.
Hadir dalam rapat tersebut, antara lain pemimpin umum BPost Group HG Rusdi Effendi AR, Kadiparsenibud Kalsel Bihman Mulyansyah, Kadisparsenibud kota Banjarmasin Hesly Junianto, perwakilan perbankan, Asita maupun para pelaku bisnis perhotelan.
Selain festival pasar terapung yang menjadi andalan utama, kegiatan yang bakal digelar 25 September di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman itu juga bakal dimeriahkan dengan kampung banjar serta sejumlah kegiatan dan permainan khas banua seperti bagasing.
“Semoga kegiatan tersebut akan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik untuk berbondong-bondong ke Kalsel,” kata Fitri Rifani.
Bagi dia, kegiatan yang sudah digelar sebelumnya termasuk yang diprakarsai BPost Group seperti festival perahu hias juga menjadi bagian dan penunjang kegiatan tersebut.
Kemudian, aneka makan dan wadai (kue has banjar) juga bakal menghiasi kampung banjar tersebut. Termasuk aneka kesenian seperti musik panting, mamanda juga bakal menghibur para warga.
Hal senada dikatakan HG Rusdi Effendi AR. Festival budaya tersebut harus benar-benar digarap secara serius, dengan harapan bisa mengangkat kesenian khas banua ini ke kancah nasional maupun luar negeri.
“Untuk bisa mewujudkan hal itu kuncinya harus serius biar kegiatannya sukses. Kalau hanya sekedar menggelar, lebih baik tidak dilaksanakan saja,” tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar